Alasan mengapa beberapa dari bintang-bintang tua
itu menjadi abnormal dilimpahi elemen berat, dengan demikian, karena
ledakan supernova yang mengirimkan jet ke luar angkasa.
Beberapa
‘fosil bintang’ Bima Sakti – bintang-bintang tertua dalam galaksi kita –
mengandung sejumlah besar elemen berat seperti emas, platina dan
uranium. Dari mana asalnya telah menjadi misteri bagi para peneliti
sejak elemen-elemen ini biasanya terlihat pula pada generasi
bintang-bintang selanjutnya. Para peneliti di Niels Bohr Institute telah
mempelajari bintang-bintang purba ini selama beberapa tahun dengan teleskop
raksasa ESO di Chili dalam rangka melacak asal-usul elemen-elemen berat
itu, dan dengan pengamatan terakhir mereka telah menyimpulkan bagaimana
elemen-elemen itu bisa terbentuk dalam sejarah awal Bima Sakti.
Hasilnya dipublikasikan dalam Astrophysical Journal Letters.
Tak lama setelah Big Bang, alam semesta didominasi oleh materi gelap
misterius bersama dengan hidrogen dan helium. Sebagaimana materi gelap
dan gas-gas ini mengelompok oleh gravitasinya sendiri, mereka membentuk
bintang-bintang pertama.
Pada bagian dalam bintang yang terik ini,
hidrogen dan helium mencair bersama-sama dan membentuk elemen-elemen
pertama yang lebih berat seperti karbon, nitrogen dan oksigen, dan
setelah beberapa saat yang ‘singkat’ (beberapa ratus juta tahun) semua
unsur berada di tempatnya. Namun, bintang-bintang awal ini hanya berisi
seperseribu dari elemen-berat yang terdapat di Matahari saat ini.
Setiap
kali sebuah bintang masif terbakar dan mati dalam ledakan keras yang
dikenal sebagai supernova, ia melepaskan awan gas dan membentuk
elemen-elemen baru ke luar angkasa, di mana awan gas kontrak lagi dan
akhirnya runtuh serta membentuk bintang baru. Dengan cara ini, generasi
baru bintang menjadi lebih kaya dan lebih kaya lagi dalam elemen-elemen
berat.
Fosil dari masa kecil galaksi
Karena
itu, sungguh mengejutkan dengan ditemukannya bintang-bintang dari alam
semesta awal yang relatif kaya akan elemen-elemen yang sangat berat.
Tapi mereka ada dan bahkan tepat berada di dalam galaksi kita, Bima
Sakti.
“Di bagian-bagian sebelah luar Bima Sakti terdapat ‘fosil
bintang’ tua dari masa kanak-kanak galaksi kita. Bintang-bintang tua ini
terletak pada halo atas dan bawah pipihan cakram galaksi.
Dalam sebuah perkiraan persentase yang kecil, sekitar 1-2 persen dari
bintang-bintang primitif, Anda menemukan jumlah abnormal unsur-unsur
terberat yang relatif terhadap elemen berat ‘normal’ besi dan lainnya,”
jelas Terese Hansen, seorang astrofisikawan dalam kelompok penelitian
Astrophysics and Planetary Science di Niels Bohr Institute, University
of Copenhagen.
Kelompok riset di Niels Bohr Institute telah
mempelajari bintang-bintang purba ini dengan teleskop raksasa ESO di
Chili selama beberapa tahun. Untuk memperoleh pegangan tentang asal-usul
elemen-elemen beratnya, mereka mengikutsertakan 17 bintang ‘normal’
selama empat tahun dengan Nordic Optical Telescope di La Palma.
Terese
Hansen menggunakan tesis master-nya untuk menganalisis hasil
pengamatan. “Setelah bekerja keras pada pengamatan-pengamatan yang
sangat sulit ini selama beberapa tahun, saya tiba-tiba menyadari bahwa
tiga dari bintang-bintang itu memiliki gerakan orbital jelas yang dapat
kita definisikan, sedangkan yang lainnya tidak bergeming dari tempatnya
dan ini adalah petunjuk penting untuk menjelaskan jenis mekanisme apa
yang telah menciptakan elemen-elemen dalam bintang-bintang tersebut,”
jelas Terese Hansen, yang menghitung velositasnya bersama para peneliti
dari Niels Bohr Institute dan Michigan State University, Amerika
Serikat.
Emas melapisi awan gas
Dia
menjelaskan bahwa ada dua teori yang dapat menjelaskan overdosis
unsur-unsur berat pada bintang-bintang awal ini. Satu teori menyebutkan
bahwa bintang-bintang ini semuanya berada di dekat sistem bintang biner,
di mana salah satu bintangnya telah meledak sebagai supernova dan telah
melapisi bintang pendampingnya dengan lapisan tipis yang baru saja
dibuat, yaitu platina, uranium, emas dan sebagainya.
Teori lainnya
adalah bahwa supernova awal (ledakan bintang raksasa) bisa menembakkan
elemen-elemen berat dalam bentuk jet ke arah yang berbeda-beda, sehingga
elemen-elemen ini akan dibangun menjadi beberapa awan gas berdifusi
yang membentuk beberapa bintang yang bisa kita lihat saat ini pada halo galaksi.
“Pengamatan
saya terhadap gerakan bintang-bintang itu menunjukkan bahwa sebagian
besar dari 17 bintang yang kaya elemen-elemen berat itu sebenarnya
tunggal. Hanya tiga (20 persen) yang berada pada sistem bintang biner –
ini benar-benar normal, 20 persen dari semua bintang berada di sistem
bintang biner Jadi teori tentang bintang tetangga berlapis emas tidak
bisa menjadi penjelasan umum. Alasan mengapa beberapa dari
bintang-bintang tua itu menjadi abnormal dilimpahi elemen berat, dengan
demikian, karena ledakan supernova yang mengirimkan jet ke luar angkasa.
Dalam ledakan supernova, unsur-unsur berat seperti emas, platina dan
uranium terbentuk dan ketika jet menabrak awan gas di sekitarnya, mereka
akan dilimpahi dengan unsur-unsur tersebut dan membentuk bintang yang
sangat kaya elemen berat,” kata Terese Hansen, yang memperoleh pendanaan
PhD oleh salah satu kelompok riset astrofisika terkemuka Eropa di
University of Heidelberg.
Kredit: University of Copenhagen
Jurnal: Terese Hansen, Johannes Andersen, Birgitta Nordström, Lars A. Buchhave, Timothy C. Beers. The
Binary Frequency Of r-Process-Element-Enhanced Metal-Poor Stars and Its
Implications: Chemical Tagging in the Primitive Halo of the Milky Way. The Astrophysical Journal, 2011; 743 (1): L1 DOI: 10.1088/2041-8205/743/1/L1
0 komentar:
Posting Komentar