Teori Kuantum Max Planck
Max Planck,
ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum.
Planck menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau
menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi
terkecil yang dapat dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul
dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan frekuensi cahaya.
dengan
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek fotolistrik adalah
keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan elektron dari permukaan
beberapa logam (yang paling terlihat adalah logam alkali) (James E.
Brady, 1990).
Susunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik
ada pada gambar 1.1. Elektrode negatif (katode) yang ditempatkan dalam
tabung vakum terbuat dari suatu logam murni, misalnya sesium. Cahaya
dengan energi yang cukup dapat menyebabkan elektron terlempar dari
permukaan logam.
Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif (anode) dan menyebabkan aliran listrik melalui rangkaian tersebut.
Percobaan
Efek Fotolistrik Memperlihatkan susunan alat yang menunjukkan efek
fotolistrik, Seberkas cahaya yang ditembakkan pada permukaan pelat logam
akan menyebabkan logam tersebut melepaskan elektronnya.Elektron
tersebut akan tertarik ke kutub positif dan menyebabkan aliran listrik
melalui rangkaian tersebut. Sumber: General Chemistry, Principles &
Structure, James E. Brady, 5th ed, 1990.
Einstein menerangkan
bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya
sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap
foton mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak mampu
memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi
(dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk
melepaskan elektron (James E. Brady, 1990). Hal ini menyebabkan kuat
arus juga akan meningkat. Energi foton bergantung pada frekuensinya.
dengan:
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 J dt)
c = kecepatan cahaya dalam vakum (3 × 108 m det–1)
λ = panjang gelombang (m)
Hipotesis Louis de Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie,
menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang
terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada
suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang (James E
Brady, 1990). Argumen de Broglie menghasilkan hal sebagai berikut.
Einstein : E = mc2
Max Planck :
sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel diperoleh:
ë = panjang gelombang (m)
m = massa partikel (kg)
_ = kecepatan partikel (m/s)
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 Joule s)
Hipotesis
de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari
elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X.
Sebagai akibat dari dualisme sifat elektron sebagai materi dan sebagai
gelombang, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dapat
dibenarkan. Gelombang tidak bergerak menurut suatu garis, melainkan
menyebar pada suatu daerah tertentu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar